Apa itu Ketimpangan Sosial?


A.      Hakikat Ketimpangan Sosial

Menurut Andrinof A. Chaniago
     Ketimpangan sosial adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial.

Menurut Budi Winarno
     Ketimpangan sosial merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.

Menuru Jonathan Haughton & Shahidur R.Khandker
     Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidakadilan yang terjadi dalam proses pembangunan.

Menurut Roichatul Aswidah
     Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi.

Jadi, ketimpangan sosial diartikan sebagai sebuah ketidakadilan dalam status dan kedudukan yang dirasakan oleh masyarakat. ketimpangan sosial sendiri merupakan sebuah kondisi yang ada di tengah masyarakat yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan akibat adanya perbedaan aspek-aspek yang ada di masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya.
Ketimpangan sosial dapat juga dilihat dari adanya perbedaan akses untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut adalah dapat berupa kebutuhan primer maupun sekunder.
Contoh kebutuhan primer antara lain adalah kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan contoh kebutuhan sekunder yaitu sarana saluran politik, sarana saluran hak azasi manusia,dan sebagainya.ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Ketimpangan global dikenal sebagai ketimpangan dunia, disisi lain berarti ketimpangan antara individu satu dengan individu lain di dunia tanpa memerdulikan dimana ia tinggal (Milanovic, 2007). Dalam memandang ketimpangan global maka setiap individu yang tinggal di bumi dipandang setara, tidak peduli dari negara mana ia berasal. Setiap individu diibaratkan tinggal di satu negara yakni bumi.

B.       Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial

Permasalah ketimpangan sosial tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga terjadi di negara maju. Indonesia sebagai negara berkembang juga mengalami ketimpangansosial. Menurut Andrinof Chaniago, terdapat enam ketimpangan yang terjadi, yaitu sebagai berikut :

1.     Ketimpangan desa dan kota.
2.     Kesenjangan pembangunan diri manusia Indonesia.
3. Ketimpangan antargolongan sosial ekonomi yang diperlihatkan dengan semakin meningkatnya kesenjangan ekonomi antara golongan-golongan dalam masyarakat.
4.   Ketimpangan penyebaran aset dikalangan swasta dengan ciri sebagian besar kepemilikan aset Indonesia terkonsentrasi pada skala besar.
5.  Ketimpangan antar sektor ekonomi dengan ciri sebagian sektor,  misalnya properti, mendapat tempat yang istimewa.
6.     Ketimpangan antarwilayah dan subwilayah dengan ciri konsentrasi ekonomi terpusat pada wilayah perkotaan, terutama ibukota sehingga daerah hanya mendapatkan konsentrasi ekonomi yang sangat kecil.

C.      Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial

 Faktor penyebab ketimpangan sosial dapat dilihat melalui dua faktor, yaitu :

            1.      Faktor Struktural
Berkaitan erat dengan tata kelola yang merupakan kebijakan pemerintah dalam menanani masyarakat, baik yang bersifat legal formal maupun kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaannya. 

            2.      Faktor Kultural
Berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut ole suatu masyarakat. Contonya, masyarakat yang tidak memiliki orientasi ke depan dan suda merasa cukup dengan apa yang dimilikinya.

Ketimpangan sosial dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor:

            1.      Kondisi Demografis
Demografi : ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kondisi demografis antara masyarakat satu dengan yang lain memiliki perbedaan.
            Perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lain tersebut berkaitan dengan:
a. Jumlah penduduk
b. Komposisi Penduduk
c.Persebaran penduduk

           2.      Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan untuk semua orang. Pendidikan merupakan sosial elevator, yaitu saluran mobilitas sosial vertikal yang efektif. Pendidikan adalah kunci pembangunan, terutama pembangunan sumber daya manusia.

            Ada perbedaan mencolok dalam 2 situasi ini:

-           Anak-anak yang berada di daerah terpencil memiliki semangat belajar tinggi meskipun fasilitas kurang
-          Anak yang tinggal di kota dengan fasilitas pendidikan yang mencukupi, sebagian besar terpengaruh oleh lingkungan sosial yang kurang baik sehingga semangat belajar kurang
Perbedaan ini menyebabkan ketimpangan sosial. Ketidakadilan dapat dilihat dari fasilitas, kualitas tenaga kerja, mutu pendidikan, dsb.

           3.      Kondisi Kesehatan

Ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh fasilitas kesehatan yang tidak merata di setiap daerah, jangkauan kesehatan kurang luas, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, dsb. Hal ini menyebabkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan di masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat yang lain, sehingga bisa  mengakibatkan ketimpangan.

           4.      Kondisi Ekonomi

Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama munculnya ketimpangan sosial. Ketimpangan ini timbul karena pembangunan ekonomi yang tidak merata. Ketidakmerataan pembangunan ini disebabkan karena perbedaan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. Terlihat dari adanya wilayah yang maju dan wilayah yang tertinggal. Munculnya ketimpangan yang dilihat dari faktor ekonomi terjadi karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi.
Daerah yang memiliki sumber daya dan faktor produksi, terutama yang memiliki barang modal (capital stock) akan memperoleh pendapatan yang  lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.

D.      Faktor Penghambat Ketimpangan Sosial 

Ketimpangan sosial dipengaruhi oleh dua faktor yang menghambat seseorang dalam mengakses atau memanfaatkan sumber daya alam dan kesempatan yang tersedia dalam masyarakat. Kedua faktor tersebut diantaranya: 

      1.  Faktor Internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini sangat mempengaruhi seseorang dalam mengakses sumber daya yang tersedia. Yang termasuk ke dalam faktor internal diantaranya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Penyebabnya adalah tingkat pendidikan yang masih rendah, keterbatasan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tiap individu terbatas hingga kualitas kesehatan yang masih tergolong rendah. Bukan hanya itu saja, hambatan budaya seperti kemiskinan di kalangan individu juga sangat berpengaruh.

       2.  Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari luar kemampuan individu. Faktor ini berasal dari lingkungan sekitar individu tinggal. Kebijakan-kebijakan resmi dari birokrasi adalah salah satu faktor yang menentukan individu mendapatkan sumber daya yang tersedia. Selain itu, ketimpangan sosial juga bisa dilihat sebagai dampak dari tekanan-tekanan struktural. Oleh karena itu munculah istilah kemiskinan structural yang salah satu penyebabnya adalah kebijakan-kebijakan tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Alfian, Melly G. Tan dan Selo Sumarjan (1980:5) bahwa kemiskinan structural merupakan kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan structural tersebut meliputi kekurangan fasilitas pemukiman, kekurangan fasilitas untuk mengembangkan usaha dan mendapatkan peluang kerja dan kekurangan perlindungan hukum, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikatif.

Setelah dijelaskan mengenai konsep ketimpangan sosial, maka kita dapat mengkaji bagaimana terjadinya ketimpangan sosial dalam setiap segi kehidupan manusia. Perbedaan dan stratifikasi sosial yang sangat mencolok dalam masyarakat menyebabkan ketimpangan sosial terjadi dalam masyarakat. Ketimpangan sosial itu sendiri memberikan dampak munculnya berbagai persoalan yang kompleks. Persoalan yang muncul akibat ketimpangan sosial, jika tidak diatasi maka akan mengganggu proses pemangunan ekonomi. Salah satu masalah yang muncul adalah diskriminasi. Diskriminasi tersebut dapat berupa diskriminasi ras, diskriminasi agama, dan diskriminasi gender. Diskriminasi bisa menyebabkan disharmonisasi, terlebih mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki kebergaman suku bangsa, agama, tradisi, norma, dan budaya.
Dalam dunia pendidikan kita juga bisa menjumpai ketimpangan sosial. Bahkan, kita dapat melihat adanya perbedaan yang sangat signifikan mengenai pola pendidikan antara orang kaya dan orang miskin. Adanya perbedaan kualitas pendidikan antara si kaya dan miskin, adanya perbedaan kesempatan menempuh pendidikan dikarenakan biaya, dan sebagainya menjadi indikator yang dapat dilihat dari ketimpangan sosial di bidang pendidikan.

E.       Masalah Ketimpangan Sosial di Masyarakat

       1. Diskriminasi

Diskriminasi (discrimination), artinya sikap atau tindakan yang membeda-bedakan.     Diskriminasi cenderung memiliki arti negatif, karena hanya menguntungkan satu pihak, namun merugikan pihak lain. Hal ini dikarenakan tindakan tersebut dinilai tidak adil.

Faktor penyebab munculnya diskriminasi:
a.   Adanya persaingan yang semakin ketat dalam berbagai kehidupan
b.  Adanya tekanan dan intimidasi yang dilakukan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang lebih lemah
c.  Ketidakberdayaan golongan miskin dan intimidasi yang membuat terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.

Bentuk-bentuk diskriminasi:
1.    Ras. Secara ras diskriminasi yang terpopuler di dunia sejak dahulu dan yang sekarang telah coba dihapuskan yakni adanya suatu politik yang merendahkan orang berkulit gelap di bawah kuasa orang kulit terang yang dianggap lebih tinggi derajatnya, hal ini terjadi tepatnya di Afrika Selatan dan terkenal dengan sebutan politik Apartheid dan dengan pejuang kemanusiaan khusus dalam kasus ini salah satu yang paling terkenalnya adalah bernama Nelson Mandela.
2.   Spiritual. Secara agama ataupun spiritual dapat kita lihat beberapa gejala diskriminasi antar pemeluk agama berbeda yang biasanya merasa superior ingin sekali menguasai yang dirasa lebih rendah darinya tanpa ada lagi yang namanya hidup damai dalam kebersamaan, bisa saja kita ambil contoh berbagai peperangan keji antar Israel dan Palestina yang begitu bengis dengan sangat kejam mengesampingkan hati nurani, padahal sejatinya kita semua saling bersaudara, meskipun mungkin dalam segi agama kita memiliki ritual berbeda-beda namun pada dasarnya kita menyembah satu Pencipta segala jagat raya yang menginginkan kedamaian di bumi-Nya ini dan menumpas segala bentuk kerusakan dan kezaliman yang membinasakan.
3.  Gender. Sedangkan diskriminasi gender umumnnya dirasakan antar lelaki dan wanita, lelaki yang dianggap sebagi orang rasional dan perkasa sedangkan perempuan adalah makhluk emosional nan lemah lembut, dengan inilah semenjak kelahirannya mungkin banyak orang tua yang mendambakan lahirnya anak lelaki disebabkan oleh harapan mereka akan kebanggaan penerus garis keturunan yang kuat di kemudian hari sedangkan wanita diharapkan kelahirannya sesuai dengan kodrat kecantikan serta kelembutan yang kelak mampu merawat orang tua pada hari tua, namun  beberapa diskriminasi terjadi pada wanita yang umumnya memiliki kepercayaan diri serta penghormatan diri rendah sehingga banyak ditemukan wanita dilecehkan baik dari contoh paling ringan sampai juga yang berujung pada kriminalitas yang berat.

Alasan sebagian masyarakat lebih mengutamakan   memiliki anak laki-laki dibandingkan anak perempuan:
1.      Alasan tenaga kerja à laki-laki dianggap lebih kuat dibandingkan wanita.
2.      Meneruskan keturunan (warisan dan nama keluarga)
3.      Menjaga anak perempuan lebih susah dibandingkan anak laki-laki

  1. Disharmoni Kehidupan Beragama
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman suku, agama,   tradisi, norma dan budaya.  Keberagaman tersebut memicu terjadinya disharmonisasi. Disharmonisasi adala tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya.

Gejala ketimpangan sosial yang berhubungan dengan disharmonisasi, yang dapat dibagi menjadi tiga bagian, yang cukup mendasar yakni sebagai berikut:

a.  Internal. Dalam skala internal ataupun di lingkupan lingkungan dalam, disharmonisasi dapat timbul akibat dari adanya suatu potensi perpecahan yang terpicu dari beragam karakter berbeda yang diusahakan untuk bersatu dalam sebuah naungan, jika dari awal toleransi sudah dijadikan pegangan maka disharmonisasi dapat diminimalisir tentunya dengan cara meminimkan ego masing-masing serta tetap berkepala dingin menerima segala perbedaan demi memperkuat persatuan dan maju ke arah yang lebih baik lagi.
b.   Eksternal. Sedangkan disharmonisasi eksternal dapat terjadi jika telah ditumbuhkan suatu fanatisme ekstrim dari setiap golongan sehingga saat mereka harus berbaur dengan individu dari golongan lain mereka merasa tidak menemukan kecocokan sehingga bermacam masalah pemicu disharmonisasi akan mulai bermunculan, hal ini seharusnya dapat dicegah dengan pemberian pengertian bahwasanya setiap individu berbeda dengan keberagaman dan keunikan masing-masing sehingga suatu perbedaan tersebut tidak harus ditanggapi secara kuno menjadi suatu alasan untuk memicu disharmonisasi.
c.   Relasi. Disharmonisasi relasi ini dapat timbul dari suatu hubungan anatara dua golongan berbedayang umumnya berusaha untuk mencapai kesepakatan namun mungkin atas dasar karena kurangnya kesepahaman serta pengertian yang baik maka dapat saja sewaktu-waktu terpiculah keadaan disharmonisasi tersebut.

             3.      Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah sikap menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan tolok ukur kebudayaan sendiri. Etnosentrisme dapat diartikan pula sebagai sikap  yang menganggap cara hidup suku bangsanya merupakan cara hidup yang paling baik. Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku    bangsa yang lain lebih rendah maka sikapdemikian akan menimbulkan konflik.

Konflik tersebut, misalnya kasus SARA, yaitu pertentangan yang didasari oleh suku, agama, ras, dan antargolongan. Etnosentrisme dapat menghambat hubungan antar-kebudayaan, sehingga menghambat proses asimilasi dan integrasi.

Salah satu bukti adanya sikap etnosentrisme adalah hampir setiap individu merasa bahwa  yang paling baik dan lebih tinggi dibanding  dengan kebudayaan lainnya, misalnya:
a.       Bangsa Amerika bangga akan kekayaan materinya
b.      Bangsa Mesir bangga akan peninggalan kepurbakalaan yang bernilai tinggi
c.       Bangsa Prancis bangga akan bahasanya
d.      Bangsa Italia bangga akan musiknya.

            Dampak negatif dari sikap etnosentrisme antara lain:
a. Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
b. Menghambat pertukaran budaya
c. Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d. Memacu timbulnya konflik sosial.

Dampak positif dari etnosentrisme yaitu:
1.      dapat mempertinggi semangat patriotisme,
2.      menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan, serta
3.      mempertinggi rasa cinta pada bangsa sendiri.

F.       Akibat Ketimpangan Sosial

Ketimpangan sosial menimbulkan beberapa akibat, sebagai berikut :

1.      Kriminalitas
Secara sosiologis, kriminalitas atau kejahatan adalah suatu bentuk perbuatan atau tingkah laku yang merugikan korban juga sangat merugikan masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, tindakan kriminal disebabkan oleh kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya, seperti proses imitasi, persaingan, dan pertentangan kebudayaan.
Penyebab munculnya tindakan kriminal juga dapat dijelaskan melalui dua teori, yaitu teori asosiasi diferensial dan teori ketegangan. Dalam teori asosiasi diferensial, Sutherland menggambarkan kegiatan kriminal sebagai hasil sosialisasi nilai-nilai dari satu kelompok yang berbenturan dengan nilai-nilai kelompok yang lebih kuat. Adapun teori ketegangan menurut Merton adalah penyimpangan yang paling mungkin terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik oleh masyarakat dan cara untuk memperolehnya. Contohnya orang ingin menjadi kaya tetapi dalam proses pencapaiannnya melakukan cara-cara yang tidak terpuji, seperti korupsi.   

2.      Melemahnya Jiwa Wirausaha
Melemahnya jiwa wirausaha (entrepreneurship) dapat menggangu perkembangan perekonomian bangsa, dalam pengembangannya dibutuhkan kemampuan dana, tenaga, kemampuan manajemen, dan peluang berusaha termasuk pasar.
Menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl, entrepreneurship adalah tindakan kreatif yang membangun suatu value dari suatu yang tidak ada dan merupakan proses untuk menangkap dan mewujudkan peluang terlepas dari sumber daya yang ada, serta membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan. Membutukan sikap mental yang ulet, cerdas, jujur, kreatif, serta pandai mencari dan memanfaatkan peluang. Apabila ketimpangan sosial dapat melemakan jiwa kewirausahaan, pasti dampaknya pembangunan di negara kita akan terganggu.

3.      Monopoli
Secara istilah, monopoli adalah suatu penguasaan pasar yang dilakukan oleh seseorang atau perusaaan atau badan untuk menguasai penawaran pasar (penjualan produk barang dan jasa di pasar) yang ditujukan kepada para pelanggannya.
Ciri-ciri monopoli, sebagi berikut :
a.    Penguasaan pasar, pasar dikuasai oleh sebagian pihak saja.
b.    Produk yang ditawarkan biasanya tidak memiliki saingan.
c.    Pelaku praktik monopoli dapat memengaruhi harga produk.
d.   Sulit bagi pengusaha lain untuk memasuki pasar.
Monopoli sebagai akibat ketimpangan sosial akan mengganggu kesempatan produk-produk baru yang berkualitas hasil kreativitas anak bangsa. Akan memperparah ketimpangan sosial.

4.      Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan seseorang yang tidak sanggup meelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan tidak mampu memanfaatkan tenaga baik metal mauoun fisiknya dalam kelompok tersebut. Sebagai akibat ketimpangan sosial, kemiskinan dialami oleh kelompok-kelompok marginal (terpinggirkan) seperti orang yang berpenghasilan rendah yang sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan primer (miskin aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan) maupun sekundernya (miskin jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi).
Kemiskinan termanifestasi dalam bentuk kekurangan gizi, air bersih, perumahan sehat, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Selain itu, kemiskinan juga mengakibatkan berkurangnya partisipasi dalam pembangunan.
Ciri-ciri kemiskinan secara umum, sebagai berikut :
a.    Angka kematian tinggi
b.    Tingkat kesehatan rendah
c.    Pendidikan rata-rata rendah
d.   Sikap yang sulit menerima perubahan
e.    Mata pencaharian rendah dengan penguasaan teknologi yang rendah
Secara umum kemiskinan dibedakan atas dua bentuk, yaitu sebagai berikut :
1.    Kemiskinan yang bersifat kultural (alamiah). Disebabkan oleh individu itu sendiri. Contoh : sifat malas, kurangnya kemampuan intelektual, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi persoalan di sekitarnya.
2.    Kemiskinan yang bersifat struktural sebagai akibat sistem dan struktur yang ada. Menurut Selo Soemardjan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur masyarakat tersebut tidak dapat turut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia. 
5.      Kemerosotan Moral
Kemerosotan moral dipicu oleh berkembangnya sikap individualistis dan materialistis. Bagi kelompok masyarakat kelas atas atau yang mampu, kemerosotan moral berupa sikap kurang peduli terhadap sesama, kadang ia menganggap kelompok marginal sebagai alat untuk memuaskan keinginannya. Menganggap uang dan kekuasaan adalah segala-galanya dan dapat untuk membeli segala yang diinginkan.
Bagi kelompokyang kurang mampu, kemerosotan moral dapat dipicu oleh ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Akibatnya, mereka terpaksa menjalankan hidup dengan segala cara untuk kelangsungan hidup, yang terkadanf melanggar norma yang berlaku.

6.      Pencemaran Lingkungan Alam
Pencemaran lingkungan karena ulah manusia sangatlah sulit diperbaiki apabila manusia tidak cepat sadar untuk menghentikannya. Kelompok yang kurang mampu terpaksa merambah hutan lindung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan kelompok yang kaya bisa jadi membabat hutan karena keserakahannya.
Dampak positif ketimpangan sosial :
1.      Mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk dapat bersaing
2.      Meningkatkan pertumbuhan untuk kesejahteraan rakyat.

G.      Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial

              1.      Peningkatan Kualitas Penduduk

  a.Memperbaiki kualitas pendidikan 
  b.Meningkatkan fasilitas kesehatan, baik tenaga medis medis maupun peningkatan pelayanan kesehatan
  c.Melakukan pemberdayaan kelompok masyarakat, misalnya dengan memberikan penyuluha atau pengarahan pada masyarakat

               2.      Mobilitas Geografis

    a.Mobilitas geografis adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. 
  b.Pemerintah mengadakan program tersebut dengan tujuan: mengendalikan jumlah penduduk di suatu daerah.
    c.Adanya pemerataan penduduk juga harus diikuti dengan pembangunan.

                3.      Menciptakan peluang kerja
     · Indonesia merupakan negara berkembang    dengan memiliki kepadatan penduduk yang  tinggi.
     · Jumlah penduduk yang besar tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan akan menimbul- kan pengangguran.
     · Untuk itu pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan peluang kerja bagi mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kearifan Lokal Suku Tana Toraja

Apa itu Modernisasi?